Habibie Afsyah (27) seorang pria sederhana. Bungsu dari delapan bersaudara ini lahir di Jakarta pada 6 Januari 1988. Dia putra dari pasangan H. Nasori Sugianto dan Hj. Endang Setyati. Meski memiliki beberapa kekurangan, penderita penyakit muscular dytrophy tersebut sanggup memberikan pelajaran hidup yang berharga dan luar biasa.
Menjalani masa kecil seperti anak-anak pada umumnya. Habibie bukanlah penyandang cacat fisik sejak lahir. Penyakit bawaan muscular dytrophy itulah yang perlahan-lahan merenggut fungsi motorik tubuhnya. Ia mulai tidak bisa menggerakkan anggota tubuh. Pergulatan batin yang cukup luar biasa pun membuatnya kecewa, frustrasi, dan marah.
Perlahan, ia mampu melalui masa itu. Vonis dari dokter tidak menyurutkan semangatnya untuk berprestasi. Habibie ingin membahagiakan orangtuanya, khususnya ibunda tersayang, Endang Setyati.
Sang ibu mendaftarkannya kursus dasar internet untuk pemasaran. Awalnya Habibie mengaku tidak tahu sama sekali tentang bisnis online. Kursus itu sendiri dibawakan dengan Bahasa Inggris dengan memakai penterjemah. Ada kesulitan tersendiri bagi Habibie dalam belajar dasar internet marketing.
Habibie Afsyah
Setelah kursus selesai, Endang kembali mendaftarkan anaknya ke kursus serupa, namun tingkat lanjut. Habibie sempat menolak karena biayanya terlalu mahal. Tapi sang ibu terus memberi semangat dan mendorong Habibie untuk maju.
Di fase ini Habibie intens berdiskusi dengan Suwandi Chow, sang alih bahasa di kursus itu. Setelah belajar selama tiga minggu, ia berhasil mendapatkan hasil penjualan pertama dari Amazon.com dengan Produk Game PS3. Meski komisinya cuma 24 dolar AS, Habibie senang bukan kepalang. Baru kali ini bisa menghasilkan uang dari internet.
Habibie sebenarnya rugi pada komisi pertama ini. Biaya iklan lebih besar dari komisi. Namun Habibie terus berusaha sampai dia bisa mendapatkan komisi 124 dolar, 500, lalu 1000, dan akhirnya 2000 dolar AS. Semua memerlukan proses belajar dan praktek secara konsisten.
Kesuksesan sebagai internet marketer mendorong Habibie untuk membentuk Yayasan Habibie Afsyah. Melalui yayasan ini, ia memberi pelatihan bagi sekitar 50 orang normal dan 60 penyandang cacat. Indonesia Disable Care Community menjadikan mereka sebuah tim guna mengembangkan proyek-proyek berbasis website.
“Kelemahan tidak harus selalu identik dengan kegagalan. Anak difable tak harus menjalani hidup dengan kehampaan, ketidakberdayaan, atau belas kasih orang lain. Kita sendirilah yang harus memutuskan untuk bangkit. Ubah kelemahan jadi kekuatan,” ujar Habibie dalam buku real life yang dia rilis dengan judul Kelemahanku Adalah Kekuatanku.
No comments:
Post a Comment